Awal
diutusnya Nabi Nuh sebagai rasul Allah.
Menurut beberapa sumber, Nabi Nuh memiliki nama asli Abdul Ghaffar atau
Yasykur. Dia merupakan putrak Lamik bin Matta Syalih bin Idris. Menurut
Al Quran, usia Nabi Nuh as adalah 950 tahun (QS: Al Ankabuut: 14).
Nabi Nuh diutus Allah menjadi rasul ketika dia berusia 480 tahun. Saat
itu langsung datang Malaikat Jibril as kepadanya, dan Nuh pun bertanya,
“Siapakah Engkau wahai lelaki tampan?”
Kemudian Jibril as menjawab, “Saya adalah utusan Tuhan semesta alam.
Saya datang kepadamu membawa risalah. Sungguh Allah telah mengutusmu
untuk umatmu.
Perintah itu tertulis langsung di dalam Al Quran (QS: Nuh ayat 1):
“Sesungguhnya kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan perintah):
Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih.”
Kemudian Malaikat Jibril memakaikan baju mujahidin dan melilitkan sorban
kemenangan serta memberinya ikat pinggang ‘Saiful Azmi’ seraya berkata
pada Nuh, “Berilah peringatan pada musuh Allah yang bernama Darmasyil
bin Fumail bin Jij bin Qabil bin Adam.”
Damasyil merupakan raja yang lalim. Dia adalah manusia pertama yang
memeras arak dan meminumnya, manusia pertama yang berjudi, dan manusia
pertama yang membuat baju dengan hiasan emas. Bahkan dia dan kaumnya
adalah penyembah 5 berhala, yaitu Wad, Siwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr.
Dakwah Nabi Nuh
Menyadarkan seseorang dari kebiasaan menyembah berhala bukan perkara
mudah. Dakwah yang dilakukan Nabi Nuh tidak berjalan lancar. Kaum Nuh
kala itu malah mencemooh dan menghina Nabi Nuh. Mereka juga meremehkan
Nabi Nuh dan pengikutnya yang miskin.
Bahkan mereka tidak percaya bahwa nabi Nuh adalah utusan Allah SWT. Dan
berkatalah pemimpin-peminpin yang kafir dari kaumnya:
“Kami tidak melihat kamu melainkan (sebagai) seorang manusia seperti
kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan
orang-orang yang hina dina diantara kami yang lekas percaya saja, dan
kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami,
bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang berdusta.” (QS.
Huud : 27).
Kemudian nabi Nuh berserah diri kepada Allah dan meminta petunjuk.
Apa yang harus dilakukan pada kaumnya? Sementara dia sudah berusaha
sangat keras dan tidak ada hasil. Dengan segala bentuk kekesalannya pada
kaum yang membangkang dan tidak mau menyembah Allah, akhirnya Nabi Nuh
as meminta kepada Allah agar melimpahkan azab yang berat kepada mereka
yang kafir. Allah pun mengabulkan doa.
Sebelum membinasakan kaum kafir itu. Allah memerintahkan Nabi Nuh dan
kaum Muslim menyiapkan alat untuk menyelamatkan diri. Allah menyuruh
mereka untuk membuat kapal.
Nabi Nuh dan pengikutnya segera menjalankan
perintah Allah itu. Mereka mulai membuat kapal. Namun, pembuatan kapal
diejek oleh orang-orang kafir.
Untuk menghadapi ejekan orang-orang kafir itu, Nabi Nuh berkata:
“Jika kamu mengejek Kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu
sebagaimana kamu sekalin, mengejek (kami). Kelak, kamu akan mengetahui
siapa yang akan ditimpa oleh azab yang menghinakannya, dan yang akan
ditimpa azab yang kekal.” (QS. Huud : 38-39).
Hingga akhirnya kapal pun selesai dengan kurun waktu yang cukup lama.
Konon, Nabi Nuh dan para pengikutnya dibantu oleh beberapa hewan pintar
menyelesaikan kapal dalam waktu 40 tahun. Namun belum ada yang bisa
memastikan secara nyata berapa lama waktu yang dibutuhkan sebenarnya.
Detik-detik azab Allah SWT pada kaum Nuh
Allah memerintahkan Nabi Nuh as untuk mengajak seluruh umat manusia
menaiki kapal begitu semua selesai. Termasuk di dalamnya hewan agar
dapat berkembang biak nantinya. Pasalnya, Allah memberikan titah kepada
Nabi Nuh bahwa azab ini akan membinasakan semua makhluk hidup yang tidak
ikut naik ke kapal.
Akhirnya setelah semuanya siap, Allah menurunkan hujan dari langit.
Allah menyuruh bumi memancarkan air dan segala penjuru. Dalam sekejap,
terjadilah air bah yang begitu dahsyat. Itulah bencana yang ditakdirkan
Allah, dengan doa Nabi-Nya, untuk membinasakan orang-orang kafir.
Sementara itu, kapal berlayar dengan perlindungan Allah dan
pemeliharaan-Nya. Allah telah menyelamatkan Nabi Nuh dan orang-orang
yang beriman.
Setelah semua orang kafir tenggelam, Allah menyuruh bumi mengisap
airnya, Allah pun juga menyuruh langit berhenti menurunkan hujan. Maka,
surutlah air bah itu. Kapal Nabi Nuh, kemudian terdampar di Gunung Judy.
Di sanalah, pengikut Nabi Nuh hidup dengan damai. Mereka berkembang
hingga jumlahnya menjadi lebih banyak.
Anak yang tenggelam air bah
Ada cerita di balik air bah yang menenggelamkan manusia-manusia kafir di
masa Nabi Nuh. Ternyata di sana Nabi Nuh teringat akan salah satu
putranya. Sebagai orang tua, dia meminta agar anak tersebut naik ke atas
kapal dan ikut bersama rombongan keluarga yang lain.
Akan tetapi sang anak menolak. Putra Nabi Nuh Kan’aan yang satu ini
memang durhaka. Dalam situasi yang sudah kalur, air bah mulai meninggi,
dia tetap tidak mau beriman kepada Allah. Dia malah menganggap bahwa itu
peristiwa alam biasa.
“Hai anakku, naiklah ke kapal ini agar engkau selamat dari azab Allah.
Janganlah engkau masuk ke dalam golongan orang-orang kafir yang
mengingkari agama Allah,” ujar Nabi Nuh.
“Aku akan berlindung ke puncak gunung yang tidak bisa dicapai oleh air,
sehingga aku tidak akan tenggelam,” jawab Sang anak.
Nabi Nuh mengingatkan, “Tidak ada satu kekuatan pun yang sanggup
mencegah takdir Allah. Jika seseorang ditakdirkan tenggelam, ia pasti
tenggelam, sebagai balasan bagi orang-orang kafir.”
Putranya tetap menolak ajakan Nabi Nuh. Ia yakin bisa mencapai puncak
gunung dan berlindung di sana. Detik-detik ketika putra Nabi Nuh as
tenggelam, dia meminta kepada Allah agar putranya diselamatkan. Karena
Nabi Nuh ingat bahwa Allah akan menyelamatkan semua keluarganya. Akan
tetapi Allah menjawab bahwa putra nabi Nuh yang durhaka itu bukan
termasuk keluarga yang dijanjikan untuk diselamatkan. Terlebih lagi dia
tidak beriman kepada Allah.
Allah melarang Nabi Nuh meminta sesuatu lagi, kecuali itu adalah hal
yang dia yakini benar. Akhirnya Nabi Nuh menyesal dan mengakui
kesalahannya.
“Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu, wahai Tuhanku. Aku tidak akan
memohon sesuatu yang tidak Engkau ridhai. Jika Engkau tidak
mengampuniku, niscaya aku termasuk orang-orang yang merugi.”
Akhirnya Nabi Nuh mengikhlaskan putranya tenggelam bersama kerumunan
orang-orang kafir yang tidak taat kepada Allah.
------------- duaistanto
0 Response to "3. Kisah Nabi Nuh A.S"
Post a Comment