Pada suatu hari, Rasulullah saw.
berjalan menuju sebuah pasar. Beliau membawa uang delapan dirham yang
disimpan di saku pakaianya. Ditengah perjalanan, beliau menjumpai
seorang wanita yang sedang menangis di pinggir jalan. Rasul pun merasa
iba dengannya. “Mengapa kamu menangis?” tanya Rasulullah. “Aku disuruh
majikanku untuk membeli beberapa keperluan di pasar. Tetapi uang dua
dirham dari majikanku hilang. Aku bingung tuan. Aku hanyalah seorang
hamba sahaya,” ujarnya dengan nafas sesenggukan. Mendengar jawaban
wanita tersebut, seketika Rasulullah memberikan uang dua dirham
kepadanya. “Janganlah bersedih! terimalah uang dua dirham ini sebagai
pengganti uangmu yang hilang,” hibur Rasul. “Terimakasih ya Rasulullah!
Uang ini sangat berarti bagi hamba.” balas wanita tersebut sambil
menghusap air matanya. Wajahnya yang sebelumnya kelihatan pucat pasi,
kini berubah cerah, berseri-seri.
Kemudian, Rasul pun melanjutkan
perjalanan ke pasar. Setiba di pasar, beliau melihat-lihat barang
dagangan. Pandangannya kini tertuju pada baju gamis putih yang
ditawarkan seorang pedagang. Rupanya, Rasulullah merasa tertarik dengan
baju gamis tersebut. Setelah terjadi tawar menawar, akhirnya Rasulullah
membelinya dengan harga empat dirham. Rasul pun merasa senang dengan
memiliki baju gamis putih yang baru dibeli itu. Beberapa saat kemudian,
Rasulullah kembali berjalan di sekitar pasar. Dari arah kejauhan,
terdengar suara seorang laki-laki tua meminta belas kasihan orang lain.
Laki-laki tersebut tampak bermuka lesu, kusut dan kumal. Pakaiannya pun
tampak lusuh dan compang camping sehingga auratnya hampir kelihatan
“Wahai para pengunjung pasar! belaskasihanilah saya. Saya tidak punya
pakaian yang layak sehingga tidak mampu mengganti pakaianku yang robek
ini.” kata laki-laki tua tersebut dengan muka sedih. Para pedagang dan
pengunjung pasar sempat memperhatikannya. Tetapi, mereka membiarkannya
saja. “Wahai pengunjung pasar! berilah saya pakaian supaya bisa menutupi
auratku. Saya do’akan semoga siapa saja yang memberiku pakaian akan
dimasukkan ke dalam ahli surga,” seru kembali laki laki-laki tua kepada
para pengunjung pasar. Mendengar kata-kata laki-laki tua tersebut,
Rasulullah merasa iba. Beliau dengan senang hati langsung memberikan
baju gamis miliknya kepada laki-laki tua tersebut. “Terimalah baju gamis
ini pak! Semoga bermanfaat bagimu,” kata Rasulullah. Lalu, Rasulullah
segera berlalu meninggalkan laki-laki tua tersebut. Beliau pun kembali
menemui pedagang gamis dengan sisa uang 2 dirham di sakunya. “Wahai
Rasulullah, mengapa tuan membeli baju gamis lagi seharga dua dirham?.
Bukankah tadi, Rasulullah telah membeli baju gamis seharga empat
dirham!” tanya seorang pedagang, penasaran. “Iya, tadi saya memang
membeli baju gamis di sini. Tetapi, setelah pergi dari sini saya bertemu
laki-laki tua yang membutuhkan baju. Nah, saya berikan kepadanya.”
jelas Rasulullah. Lalu, Rasulullah pun pulang saat malam menjelang.
Tiba-tiba, di tengah perjalanan
kepulangannya, beliau menjumpai seorang wanita yang tadi siang
ditolongnya. Wanita tersebut sedang menangis di bawah sebuah pohon. “Hai
Ibu, bukankah tadi siang Ibu telah kehilangan uang dua dirham?” sapa
Rasulullah, ramah. “Benar Rasul” jawab wanita tersebut. “Lalu mengapa
Ibu disini? Bukankah kau ditunggu keluargamu di rumah?” tanya Rasul. “
Sebenarnya aku di pasar cukup lama. Aku takut jika aku pulang nanti
disiksa majikanku” kata wanita tersebut, dengan suara bergemetar. “Kalau
memang begitu, mari saya antar ke rumahmu!” kata Rasulullah, menawarkan
diri. Rasulullah pun mengantar wanita tersebut ke rumah majikannya.
Setiba di rumah majikannya, Rasulullah mengetuk pintu. “Thok thok..,”
“Assalamu’alaikum!” kata Rasulullah di depan pintu. Rasulullah menunggu
jawaban pemilik rumah. Tetapi, jawaban yang ditunggu-tunggu tak juga
tiba. Rasulullah mengulangi salamnya untuk kedua kalinya.
“Assalamu’alaikum!” kata Nabi. Pemilik rumah tak kunjung menjawab,
seperti sebelumnya. Lalu, Rasulullah pun mengucapkan ketiga kalinya,
sambil memperkeras suaranya, ”Assalaamu’alaikum!” Mendengar suara keras,
pemilik rumah pun membalas, “Wa’alaikumussalam warahmatullahi
wabarakatuh” ujar mereka sambil membuka pintu rumahnya. Alangkah
kagetnya majikan wanita tersebut, mengetahui tamu yang mengantar
budaknya adalah Rasulullah. lalu, Rasulullah pun dipersilakan masuk.
“Silakan duduk wahai Rasul” kata majikannya. “Apakah tadi mendengar
salamku hingga tiga kali?” tanya Rasul. “Benar Rasul, kami mendengarnya.
Tetapi, kami ingin mendapatkan berkah dari salammu,” jawab majikannnya.
Tanpa menunggu lama, Rasulullah pun menjelaskan maksud kedatangannya.
“Begini, tadi di jalan aku bertemu wanita ini. Ia menangis di bawah
pohon. Katanya, ia takut, jika pulang akan mendapat siksaan darimu”
jelas Rasulullah. “Iya, sudah kumaafkan,” jawab pemilik rumah yang
merupakan majikan wanita itu. Sementara budak wanita yang berada di
belakang Rasul itu tampak ceria mukanya. “Wahai Rasulullah!, saya
bahagia kedatanganmu kesini. Karena ia telah menyertaimu, maka sekarang
kumerdekakan dia,” kata majikan wanita tersebut. Mendengar kata
majikannya, hamba sahaya wanita itu pun merasa bahagia sekali.
“Terimakasih Rasulullah! Sungguh aku beruntung berjalan denganmu” kata
hamba sahaya.
Beliau (baginda Nabi) pun berujar,”Belum
pernah kutemui berkah 8 dirham sebagaimana hari ini. Delapan dirham
yang mampu mengamankan seseorang dari ketakutan, 2 orang yang
membutuhkan serta memerdekakan seorang budak”.
Demikian kisah Rasulullah dengan 8
dirhamnya yang menjadi berkah. Meski hidup sederhana beliau sangat murah
hati dan banyak bersedekah. Suatu sikap mulia dan semoga kita bisa
berusaha meneladaninya.
Sumber: Bening, Media Komunikasi BAZNAS
0 Response to "KISAH 8 DIRHAM YANG PENUH BERKAH"
Post a Comment